Anna Sophia Matveeva adalah seorang seniman muda asal Makiivka, Ukraina, yang berhasil menciptakan berbagai potret seni yang dibuatnya dari bahan yang sungguh tidak biasa - sisa kunyahan permen karet.
Bahkan, salah satu karyanya diciptakan dari lebih dari 1.000 buah kunyahan permen karet. Seniwati berusia 22 tahun ini mengatakan bahwa sebetulnya ide pembuatan karya seni dari permen karet didapatnya secara tidak sengaja.
Ketika itu, dia sedang bepergian bersama seorang temannya dan mereka berdua sedang mengunyah permen karet. Kamudian ide itu tiba-tiba saja terpikir di benaknya. Anna menyadari bahwa tekstur elastis dari permen karet membuatnya bisa menjadi salah satu media seni yang ideal.
Anna kemudian mengumpulkan beberapa merek permen karet berwarna dan memutuskan untuk mencobanya. Hanya saja itu tidak semudah yang dipikirkannya. Awalnya ia tidak ingin mengunyah setiap permen karet yang digunakannya dan lebih memilih untuk merendamnya di dalam air.
Sayangnya, teknik tersebut membuat materinya menjadi kusut dan tidak bisa menempel pada kanvas. Anna kembali mencoba memutar otak. Setelah terus menggali informasi, dia baru mengetahui bahwa enzim dalam air liur manusia bisa membuat tekstur permen karet jadi lebih kenyal. Persis seperti apa yang diinginkannya.
Masalahnya, dia tidak mungkin mengunyah semua permen karet yang diperlukannya. Nah, inilah sisi paling menjijikkan dari semua usahanya. Anna harus mengumpulkan ribuan kunyahan permen karet sisa untuk menciptakan setiap karyanya.
Para sahabat, kerabat, dan bahkan suaminya juga dimintai tolong untuk mengumpulkan permen karet sisa kunyahan tersebut. Setelah dikumpulkan, Anna akan memasukkannya ke dalam microwave untuk dipanaskan selama beberapa saat sebelum digunakan pada kanvas.
"Saya tidak merasa jijik dengan proses pembuatan karya seni ini. Karena ini adalah masalah yang juga sering dihadapi para dokter gigi atau bahkan dokter bedah," kata Anna ketika diwawancarai The View.
Sejauh ini, Anna berhasil menyelesaikan lima lukisannya - kurang tujuh lukisan lagi. Dia akan menampilkan semua kreasi unik tersebut di sebuah galeri seni di Donetsk, Ukraina, dan berharap dapat menjual semua karyanya.
Bahkan, salah satu karyanya diciptakan dari lebih dari 1.000 buah kunyahan permen karet. Seniwati berusia 22 tahun ini mengatakan bahwa sebetulnya ide pembuatan karya seni dari permen karet didapatnya secara tidak sengaja.
Ketika itu, dia sedang bepergian bersama seorang temannya dan mereka berdua sedang mengunyah permen karet. Kamudian ide itu tiba-tiba saja terpikir di benaknya. Anna menyadari bahwa tekstur elastis dari permen karet membuatnya bisa menjadi salah satu media seni yang ideal.
Anna kemudian mengumpulkan beberapa merek permen karet berwarna dan memutuskan untuk mencobanya. Hanya saja itu tidak semudah yang dipikirkannya. Awalnya ia tidak ingin mengunyah setiap permen karet yang digunakannya dan lebih memilih untuk merendamnya di dalam air.
Sayangnya, teknik tersebut membuat materinya menjadi kusut dan tidak bisa menempel pada kanvas. Anna kembali mencoba memutar otak. Setelah terus menggali informasi, dia baru mengetahui bahwa enzim dalam air liur manusia bisa membuat tekstur permen karet jadi lebih kenyal. Persis seperti apa yang diinginkannya.
Masalahnya, dia tidak mungkin mengunyah semua permen karet yang diperlukannya. Nah, inilah sisi paling menjijikkan dari semua usahanya. Anna harus mengumpulkan ribuan kunyahan permen karet sisa untuk menciptakan setiap karyanya.
Para sahabat, kerabat, dan bahkan suaminya juga dimintai tolong untuk mengumpulkan permen karet sisa kunyahan tersebut. Setelah dikumpulkan, Anna akan memasukkannya ke dalam microwave untuk dipanaskan selama beberapa saat sebelum digunakan pada kanvas.
"Saya tidak merasa jijik dengan proses pembuatan karya seni ini. Karena ini adalah masalah yang juga sering dihadapi para dokter gigi atau bahkan dokter bedah," kata Anna ketika diwawancarai The View.
Sejauh ini, Anna berhasil menyelesaikan lima lukisannya - kurang tujuh lukisan lagi. Dia akan menampilkan semua kreasi unik tersebut di sebuah galeri seni di Donetsk, Ukraina, dan berharap dapat menjual semua karyanya.
Sumber merdeka.com