Bayi yang terlalu banyak terkena paparan polusi dari lalu lintas sejak dalam kandungan hingga usia satu tahun lebih berisiko mengalami autis, ungkap penelitian terbaru.
Penemuan ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang mengaitkan kecenderungan anak-anak tinggal di dekat jalan raya dengan risiko autis.
"Kami tak menyatakan bahwa polusi lalu lintas bisa menyebabkan autisme, namun polusi bisa menjadi faktor risiko," jelas Heather Volk, asisten profesor di Keck School of Medicine dari University of Southern California, Los Angeles, seperti dilansir oleh Reuters Health (26/11).
Dalam penelitian ini Volk menganalisa kualitas udara pada lingkungan tempat tinggal anak. Peneliti mengamati 254 anak California yang tidak mengalami autis serta 279 anak autis. Diketahui bahwa anak yang autis terkena paparan polusi lalu lintas dua kali lipat ketika berada dalam kandungan dan tiga kali lipat lebih besar ketika berusia satu tahun.
Mereka menemukan bahwa anak yang sering terkena paparan partikel polusi seperti asam, metal, tanah, dan debu lebih berisiko terkena autis. Volk dan koleganya juga menemukan kaitan yang sama antara autisme dan nitrogen dioksida pada emisi mobil truk, serta kendaraan lainnya.
"Terdapat faktor risiko yang bisa kurangi untuk menurunkan risiko autisme pada anak," jelas Geraldine Dawson dari University of Nort California at Chapel Hill.
Polusi tampaknya tak hanya mempengaruhi kesehatan pernapasan bagi orang dewasa, namun juga meningkatkan risiko anak untuk terkena autis.
[kun]
Merdeka.com